Tren Keamanan Siber 2024: Mengungkap Tantangan dan Strategi Menghadapinya
Eko Susilo Harjo September 1, 2024

Keamanan siber terus menjadi fokus utama bagi banyak organisasi di seluruh dunia. Dengan evolusi taktik yang digunakan oleh penyerang, laporan M-Trends 2024 dari Mandiant menyoroti perubahan signifikan dalam lanskap ancaman siber global. Laporan ini tidak hanya mengidentifikasi tren, tetapi juga memberikan wawasan mendalam tentang bagaimana organisasi dapat meningkatkan ketahanan mereka terhadap serangan siber.
Pada artikel ini, kita akan membahas secara mendalam beberapa temuan utama dari laporan tersebut, termasuk waktu deteksi yang semakin singkat, dominasi serangan ransomware, serta tren penggunaan zero-day exploits yang meningkat. Artikel ini juga akan mengulas bagaimana perusahaan dapat mengadaptasi strategi keamanan mereka untuk menghadapi tantangan yang semakin kompleks di tahun 2024.
Mengapa Waktu Deteksi yang Semakin Singkat Merupakan Kabar Baik
Salah satu indikator kunci dari peningkatan efektivitas keamanan siber adalah penurunan waktu deteksi ancaman atau dwell time. Berdasarkan laporan M-Trends 2024, waktu median deteksi global telah turun dari 16 hari pada tahun 2022 menjadi hanya 10 hari pada tahun 2023. Penurunan ini menunjukkan bahwa organisasi semakin cepat dalam mengidentifikasi adanya pelanggaran keamanan, yang secara signifikan dapat mengurangi dampak dari serangan.
Namun, meskipun penurunan ini merupakan kabar baik, hal ini juga menuntut organisasi untuk terus memperbarui dan meningkatkan teknologi deteksi mereka. Ransomware, yang sering kali terdeteksi dengan cepat karena sifatnya yang langsung dan terbuka, tetap menjadi salah satu faktor utama yang mendorong penurunan dwell time ini. Oleh karena itu, organisasi harus memastikan bahwa mereka tidak hanya fokus pada ransomware, tetapi juga pada ancaman lain yang mungkin lebih sulit terdeteksi.
Strategi untuk Meningkatkan Deteksi Internal
Untuk memaksimalkan deteksi internal, perusahaan perlu berinvestasi dalam teknologi yang memungkinkan deteksi dini dan respons cepat terhadap ancaman. Ini termasuk:
- Implementasi Sistem Deteksi Anomali: Sistem ini dapat mendeteksi aktivitas yang tidak biasa di jaringan yang mungkin mengindikasikan adanya pelanggaran keamanan.
- Pelatihan Karyawan: Karyawan harus diberdayakan untuk mengidentifikasi dan melaporkan aktivitas mencurigakan, yang sering kali menjadi tanda pertama dari serangan siber.
- Penggunaan Threat Intelligence: Mengintegrasikan intelijen ancaman ke dalam strategi keamanan dapat membantu organisasi untuk mengantisipasi dan merespons ancaman baru dengan lebih cepat.
Ransomware: Ancaman yang Tidak Pernah Redup
Ransomware telah menjadi ancaman yang dominan dalam beberapa tahun terakhir, dan tahun 2024 tidak terkecuali. Laporan M-Trends 2024 menunjukkan peningkatan lima persen dalam investigasi terkait ransomware, mencapai 23% dari total investigasi global. Yang lebih mengkhawatirkan adalah kecepatan deteksi intrusi ransomware yang semakin cepat, yang berarti bahwa serangan ini semakin sering terjadi dan semakin sulit untuk dicegah sebelum dampaknya dirasakan.
Ransomware bukan hanya tentang enkripsi data dan tuntutan tebusan. Saat ini, pelaku sering kali menggabungkan pencurian data dengan enkripsi, menciptakan skenario yang disebut multifaceted extortion. Dalam skenario ini, data korban dicuri dan dienkripsi, lalu pelaku mengancam akan merilis data tersebut jika tebusan tidak dibayar. Ini menempatkan organisasi dalam posisi yang sangat sulit, karena tidak hanya harus memulihkan data, tetapi juga harus mengelola dampak reputasi jika data tersebut bocor ke publik.
Cara Menghadapi Ancaman Ransomware
Untuk menghadapi ancaman ransomware, organisasi harus mengadopsi strategi yang komprehensif, termasuk:
- Backup Data Secara Berkala: Backup yang rutin dan tersimpan di lokasi yang terpisah dari jaringan utama sangat penting untuk pemulihan cepat jika terjadi serangan ransomware.
- Penerapan Zero Trust Architecture: Prinsip Zero Trust memastikan bahwa setiap akses ke sistem harus melalui validasi yang ketat, sehingga mempersempit ruang gerak bagi penyerang.
- Simulasi Serangan Ransomware: Melakukan simulasi serangan ransomware dapat membantu organisasi mengidentifikasi kelemahan dalam sistem mereka dan menguji kesiapan tim IT dalam merespons serangan nyata.
Zero-Day Exploits: Ketika Kelemahan Tak Terduga Menjadi Senjata Utama
Zero-day exploits menjadi salah satu teknik favorit bagi pelaku ancaman siber, terutama dalam serangan yang ditargetkan. Mandiant mencatat bahwa 38% dari intrusi yang mereka investigasi pada tahun 2023 dimulai dengan exploit, yang merupakan peningkatan enam poin persentase dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini menunjukkan bahwa pelaku ancaman semakin mahir dalam menemukan dan memanfaatkan celah keamanan yang belum diketahui atau belum ditambal oleh pengembang perangkat lunak.
Eksploitasi zero-day sering kali digunakan oleh kelompok yang bermotivasi spionase atau keuangan, karena mereka menawarkan akses yang relatif mudah dan sulit dideteksi. Contoh paling signifikan yang disebutkan dalam laporan ini adalah CVE-2023-34362, sebuah kerentanan SQL injection dalam platform MOVEit Transfer yang dieksploitasi oleh kelompok FIN11.
Mengamankan Jaringan dari Serangan Zero-Day
Mengamankan jaringan dari serangan zero-day memerlukan pendekatan yang proaktif, meliputi:
- Patch Management yang Efektif: Meskipun zero-day berarti kerentanan belum ada patch-nya, menerapkan patch secepat mungkin setelah tersedia tetap menjadi kunci untuk mengurangi risiko.
- Pemantauan dan Analisis yang Mendalam: Menggunakan solusi SIEM (Security Information and Event Management) yang dapat memantau aktivitas jaringan dan mendeteksi pola serangan yang mencurigakan, bahkan jika serangan tersebut belum sepenuhnya diketahui.
- Kolaborasi dengan Vendor Keamanan: Menjalin kerjasama dengan vendor keamanan untuk mendapatkan pembaruan ancaman dan patch zero-day dengan cepat.
Menghadapi Masa Depan Keamanan Siber
Tahun 2024 memperlihatkan bahwa lanskap keamanan siber semakin kompleks dengan ancaman yang lebih canggih dan serangan yang lebih cepat terdeteksi. Organisasi tidak bisa lagi hanya mengandalkan strategi lama untuk melindungi diri mereka. Mereka harus terus berinovasi dan beradaptasi dengan tren terbaru, seperti peningkatan serangan ransomware dan eksploitasi zero-day.
Yang paling penting adalah membangun budaya keamanan siber di seluruh organisasi, dari level atas hingga karyawan terendah. Setiap individu harus menjadi bagian dari pertahanan perusahaan, baik melalui pelatihan berkelanjutan maupun penerapan kebijakan keamanan yang ketat.
Dengan memahami dan menerapkan strategi yang tepat, organisasi dapat meningkatkan kemampuan deteksi dan respons mereka, menjaga integritas data, dan melindungi reputasi mereka di era yang semakin digital ini.
Discover more from teknologi now
Subscribe to get the latest posts sent to your email.