Bahaya Panas Ekstrem: Menguak Batas Ketahanan Manusia dan Cara Mengatasinya
Eko Susilo Harjo August 25, 2024

Belakangan ini suhu panas sangat extrem di Jakarta. Panas ekstrem telah menjadi fenomena yang semakin sering terjadi di seluruh dunia. Dengan perubahan iklim yang semakin parah, hari-hari yang panas telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Namun, apakah kita benar-benar tahu batas suhu tubuh manusia dalam kondisi panas ekstrem? Penelitian terbaru menunjukkan bahwa batas suhu tubuh manusia dalam panas ekstrem lebih rendah daripada yang kita pikirkan
Selama ini, ambang batas kelangsungan hidup manusia dalam panas diukur menggunakan “suhu bola basah” (wet-bulb temperature/WBT). Angka yang banyak dikutip adalah 35°C, yang artinya pada temperatur dan kelembaban tersebut, seseorang yang sehat tidak akan bisa lagi mengeluarkan panas tubuhnya dan akan mengalami hipertermia (kegagalan mengatur suhu tubuh) yang fatal dalam waktu enam jam.
Namun, penelitian terbaru yang dilakukan di University of Sydney oleh tim peneliti pimpinan Dr. Ollie Jay menunjukkan bahwa ambang batas tersebut mungkin lebih rendah dari perkiraan sebelumnya. Dengan menggunakan ruang simulasi iklim canggih, mereka mengamati respons fisiologis peserta penelitian terhadap berbagai kombinasi temperatur dan kelembaban. Hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa batas WBT untuk kelangsungan hidup kemungkinan berada di kisaran 31°C.
“Angka 35°C itu didasarkan pada model matematika yang memperlakukan tubuh manusia sebagai objek pasif yang tidak berkeringat atau bergerak,” jelas Dr. Jay. “Model ini kurang mencerminkan realita.”
Penelitian Dr. Jay dan timnya juga menunjukkan bahwa usia dan aktivitas fisik turut mempengaruhi batas toleransi panas. Orang tua dan mereka yang sedang berolahraga akan memiliki batas WBT yang lebih rendah dibandingkan dengan orang muda yang sedang beristirahat.
Mengembangkan Strategi Pendinginan yang Efektif
Selain mengkaji batas kemampuan manusia bertahan hidup dalam panas ekstrem, Dr. Jay dan timnya juga berfokus pada pengembangan strategi pendinginan yang efektif. Penelitian mereka tidak hanya mencakup kondisi yang dihadapi oleh para atlit, tetapi juga situasi sehari-hari yang dialami oleh masyarakat umum, seperti pekerja pabrik garmen di negara-negara beriklim panas.
Salah satu temuan menarik dari penelitian mereka adalah mengenai penggunaan kipas angin. Mereka menemukan bahwa di udara yang lembab, kipas angin efektif untuk menurunkan tekanan jantung hingga temperatur udara minimal 38°C. Namun, di udara kering, kipas angin justru dapat meningkatkan tekanan jantung.
Selain kipas angin, membasahi kulit juga terbukti efektif untuk menangkal efek panas, baik di udara lembab maupun kering. Penelitian Dr. Jay dan timnya pada tahun 2023 menunjukkan bahwa kain muslin basah dapat menurunkan temperatur kereta dorong bayi hingga 5°C, sementara kain muslin kering justru membuat temperatur di dalamnya naik lebih dari 2.5°C.
Temuan-temuan ini tidak hanya dipublikasikan di jurnal ilmiah, tetapi juga diimplementasikan dalam kehidupan nyata. Sebagai contoh, Dr. Jay bekerja sama dengan Google untuk mengembangkan sistem peringatan cuaca panas pada peramban Chrome. Sistem ini akan memberikan peringatan dan tips untuk mengatasi panas ekstrem kepada pengguna berdasarkan lokasi mereka.
Peran Kita dalam Menghadapi Panas Ekstrem
Penelitian Dr. Jay dan timnya memberi harapan dalam menghadapi tantangan kesehatan yang ditimbulkan oleh cuaca panas ekstrem. Para ilmuwan kini memiliki pemahaman yang lebih baik tentang batas kemampuan manusia dan cara-cara untuk melindunginya.
Namun, pengetahuan ini perlu diimbangi dengan tindakan nyata. Berikut ini adalah beberapa langkah sederhana yang dapat kita lakukan untuk melindungi diri sendiri dan orang lain dari bahaya panas ekstrem:
Perhatikan orang-orang yang rentan: Bayi, anak kecil, orang tua, dan mereka yang memiliki kondisi kesehatan tertentu lebih rentan terhadap efek panas. Bantu mereka untuk tetap terhidrasi
Minum air secara teratur: Dehidrasi dapat memperparah efek panas. Dianjurkan untuk minum minimal satu gelas air per jam, meskipun tidak merasa haus.
Kenakan pakaian yang longgar dan berwarna terang: Pakaian yang ketat dan berwarna gelap menyerap panas lebih banyak.
Hindari aktivitas fisik berat di siang hari: Jika terpaksa beraktivitas di luar ruangan, pilihlah waktu pagi atau sore hari ketika temperatur udara lebih rendah.
Cari tempat berteduh: Lindungi diri dari paparan sinar matahari langsung, terutama pada puncak hari.
Mandi atau membasahi kulit dengan air: Ini dapat membantu menurunkan suhu tubuh.
Discover more from teknologi now
Subscribe to get the latest posts sent to your email.