Memahami Overfitting dalam Maching Learning dan Cara Mengatasinya
Eko Susilo Harjo November 1, 2024

Dalam dunia machine learning, tujuan utama adalah menciptakan model yang dapat memahami pola dari data pelatihan dan menerapkannya pada data baru. Namun, sering kali kita menghadapi situasi di mana model tampaknya sangat akurat saat diuji pada data pelatihan tetapi gagal memberikan hasil yang memuaskan pada data baru. Fenomena ini dikenal sebagai overfitting.
Overfitting adalah masalah yang sangat umum dalam machine learning, terutama ketika model terlalu kompleks atau ketika data yang digunakan untuk melatih model tidak cukup banyak atau tidak representatif. Artikel ini akan membahas apa itu overfitting, penyebab terjadinya, dampaknya, serta cara-cara efektif untuk mengatasinya agar model yang dibangun dapat bekerja dengan lebih optimal.
Apa Itu Overfitting?
Overfitting terjadi ketika model machine learning terlalu menyesuaikan diri dengan data pelatihan hingga kehilangan kemampuan untuk menggeneralisasi pola pada data baru. Dengan kata lain, model tersebut “mempelajari” data pelatihan dengan sangat baik hingga menangkap detail atau noise yang seharusnya tidak relevan. Akibatnya, model memiliki akurasi tinggi saat diuji pada data pelatihan tetapi memiliki akurasi yang rendah saat diuji pada data yang belum pernah dilihat sebelumnya.
Contoh sederhana dari overfitting adalah ketika kita mencoba membuat garis yang terlalu rumit untuk memetakan sejumlah kecil titik pada grafik, padahal garis sederhana bisa mencerminkan pola yang sebenarnya lebih baik. Alih-alih menemukan tren umum, model justru memetakan detail yang hanya terdapat dalam data pelatihan.
Penyebab Overfitting
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan overfitting antara lain:
- Model Terlalu Kompleks: Penggunaan model yang terlalu kompleks, seperti deep neural networks dengan banyak lapisan atau decision trees yang sangat dalam, dapat menyebabkan overfitting. Model ini memiliki kemampuan untuk mempelajari detail yang sangat spesifik dari data pelatihan, termasuk noise.
- Data Pelatihan yang Terlalu Sedikit: Ketika data pelatihan yang tersedia terlalu sedikit, model mungkin tidak memiliki cukup informasi untuk memahami pola umum. Akibatnya, model cenderung menghafal data pelatihan daripada memahami pola secara umum.
- Kualitas Data yang Buruk: Data yang mengandung banyak kesalahan, outliers, atau noise dapat menyebabkan model mempelajari pola yang sebenarnya tidak relevan. Ini membuat model cenderung menyesuaikan diri dengan data yang tidak mencerminkan kondisi sebenarnya.
- Tidak Menggunakan Regularisasi: Regularization adalah teknik untuk mencegah model menjadi terlalu kompleks dengan menambahkan penalti pada parameter model yang besar. Tanpa regularisasi, model cenderung menjadi lebih fleksibel dan berpotensi mengalami overfitting.
Dampak Overfitting pada Model Machine Learning
Overfitting dapat memberikan dampak negatif yang signifikan pada performa model machine learning, di antaranya:
- Akurasi yang Rendah pada Data Baru: Model yang overfitting akan memiliki akurasi tinggi saat diuji pada data pelatihan, tetapi akurasinya akan menurun drastis saat diuji pada data baru. Hal ini disebabkan model tersebut hanya “hafal” data pelatihan tanpa benar-benar memahami pola yang lebih umum.
- Model yang Tidak Dapat Digeneralisasi: Model yang overfitting tidak dapat digeneralisasi ke situasi baru karena terlalu terikat pada data pelatihan. Akibatnya, model ini tidak berguna untuk aplikasi dunia nyata di mana data yang ditemukan sering kali berbeda dari data pelatihan.
- Membuat Keputusan yang Salah: Dalam aplikasi nyata seperti deteksi penipuan atau diagnosis medis, overfitting dapat menyebabkan model membuat keputusan yang salah karena model gagal mengenali pola sebenarnya dalam data baru. Hal ini dapat berakibat fatal dalam skenario-skenario kritis.
Cara Mengatasi Overfitting
Mengatasi overfitting merupakan langkah penting untuk memastikan bahwa model machine learning yang dibangun dapat berfungsi dengan baik dalam kondisi nyata. Beberapa teknik yang dapat digunakan untuk mencegah atau mengurangi overfitting adalah sebagai berikut:
- Cross-Validation:
- Teknik cross-validation, seperti k-fold cross-validation, dapat membantu memastikan bahwa model tidak hanya berperforma baik pada satu set data saja. Dengan membagi data menjadi beberapa bagian dan melatih model pada setiap bagian secara bergantian, kita dapat mengevaluasi bagaimana model bekerja pada data yang berbeda-beda.
- Menggunakan Data Pelatihan yang Lebih Banyak:
- Salah satu cara paling efektif untuk mengatasi overfitting adalah dengan menambah jumlah data pelatihan. Dengan lebih banyak data, model memiliki lebih banyak contoh untuk mempelajari pola yang lebih umum dan tidak terlalu terikat pada detail spesifik.
- Regularization (L1 dan L2):
- Regularization adalah teknik untuk menambahkan penalti pada parameter model yang besar sehingga model menjadi lebih sederhana. L1 regularization (Lasso) dan L2 regularization (Ridge) adalah dua metode yang umum digunakan. Mereka membantu model untuk tidak terlalu bergantung pada fitur-fitur yang kurang penting.
- Pruning pada Decision Trees:
- Jika menggunakan algoritma decision trees, teknik pruning dapat diterapkan untuk mengurangi kedalaman pohon. Dengan memangkas cabang-cabang yang tidak terlalu penting, kita dapat mengurangi kompleksitas model dan mencegah overfitting.
- Dropout dalam Neural Networks:
- Pada neural networks, teknik dropout bisa digunakan untuk mencegah overfitting. Teknik ini bekerja dengan cara secara acak menonaktifkan beberapa neuron selama proses pelatihan, sehingga model tidak terlalu bergantung pada satu bagian dari jaringan.
- Early Stopping:
- Saat melatih model, terkadang model menjadi terlalu cocok dengan data pelatihan jika diberikan terlalu banyak iterasi. Early stopping memungkinkan kita untuk menghentikan proses pelatihan saat performa model pada data validasi mulai menurun, sebelum model menjadi overfitting.
Studi Kasus: Overfitting pada Model Klasifikasi
Misalkan kita sedang membangun model untuk mengklasifikasikan jenis bunga menggunakan dataset Iris. Jika kita menggunakan decision tree tanpa membatasi kedalamannya, model tersebut mungkin akan memetakan data pelatihan dengan sempurna. Namun, saat diuji dengan data yang tidak ada dalam pelatihan, model mungkin menghasilkan prediksi yang buruk.
Dengan menerapkan teknik seperti pruning atau menggunakan algoritma yang lebih sederhana seperti logistic regression, kita bisa membangun model yang lebih baik dalam mengenali pola umum dalam data. Ini adalah contoh sederhana tentang bagaimana overfitting bisa terjadi dan bagaimana kita bisa mengatasinya.
Kesimpulan
Overfitting adalah masalah yang sering dihadapi dalam machine learning, terutama ketika model terlalu kompleks atau data pelatihan tidak cukup banyak. Model yang overfitting memiliki akurasi tinggi pada data pelatihan tetapi kinerjanya menurun pada data baru. Dengan menggunakan teknik seperti cross-validation, regularization, early stopping, dan dropout, kita dapat mengurangi risiko overfitting dan memastikan model dapat menggeneralisasi dengan baik.
Mengatasi overfitting merupakan langkah penting untuk membangun model machine learning yang dapat memberikan hasil yang akurat dan dapat diandalkan. Semoga artikel ini memberikan pemahaman lebih dalam tentang overfitting dan cara-cara efektif untuk mengatasinya agar proyek AI Anda dapat berjalan lebih optimal.
Discover more from teknologi now
Subscribe to get the latest posts sent to your email.